Tanggal 7
Oktober 2023 kemarin, bertepatan dengan pasaran Setu Legi yang merupakan jadwal
pertemuan lapanan Paguyuban Orang Tua (POT) siswa MTsN 2 Bantul. Rasanya baru
kemarin kami bertemu dengan POT, ternyata sudah selapan saja. Begitu cepat
waktu berlalu…
Sebelum
saya menyampaikan sambutan, seorang guru menghampiri saya. ‘Pak, susah sekali
mengatur orangtua diminta duduk di depan’ katanya. Saya mesem 😊. Ya begitulah…11-12 dengan siswa, bahkan
guru-gurunya juga kalau diajak rapat kordinasi, bangku depan pasti kosong (Sssttt…).
Tapi saya
tenang saja, saya sudah punya rencana.
Begitu
waktu sambutan tiba, saya yang tadinya duduk, langsung berdiri. Saya bilang ‘bapak
ibu, saya kalo duduk agak lama itu terus gringgingen (kesemutan), makanya saya
berdiri’. Di luar dugaan ternyata hadirin jawab ‘sama paakk…’. Kebetulan nih…kalau
begitu, ayo kita berdiri semua dulu supaya tidak kesemutan...(ha..ha..)
Setelah
berdiri… yang terjadi selanjutnya adalah seperti dalam video berikut ini:
Akhirnya... posisi duduk wali murid sudah terkondisi. Saatnya masuk ke inti.
Pertemuan kali ini saya ingin fokus menjelaskan tentang 3 hal, yaitu visi madrasah, bullying dan masalah sampah.
Untuk visi madrasah, sejak tahun ajaran 2022/2023 ditinjau ulang dan diubah menjadi 'CERIA Berprestasi'. Awalnya hanya 'Ceria' saja. Ceria adalah akronim dari Cerdas, Rajin, Inovatif, berAkhlak mulia. Lalu kita tambah dengan prestasi. Dan sejak itu pula, muncul yel-yel 'Matsandaba... Ceria...Berprestasi'.
Ketika bicara prestasi, masih banyak yang memiliki pemahaman bahwa prestasi identik dengan piala atau juara. Pemahaman ini sebenarnya tidak salah, bahkan bagus untuk memacu semangat dalam berkompetisi. Namun tidak sepenuhnya tepat, apalagi untuk madrasah yang baru mulai membangun sebuah budaya baru, budaya mutu.
Saya sampaikan kepada guru-guru dan juga orang tua, bahwa kita memaknai prestasi di sini lebih luas. Ini agar guru maupun orang tua lebih apresiatif terhadap anak. Jika seorang anak/siswa sudah melakukan sesuatu yang positif, maka kita harus mengapresiasi itu sebagai sebuah prestasi.
Contoh, di madrasah ada program 'perform' atau tampil di depan kelas selama kurleb 5 menit. Tujuannya untuk melatih mental siswa agar terbiasa dan berani menyampaikan pendapat atau kemampuannya di depan orang lain. Bisa pidato, nyanyi, baca puisi, pantun dan lain-lain. Kegiatan ini setiap hari dilakukan, bergiliran dalam satu kelas. Jika anak sudah berani maju untuk tampil, itu sudah prestasi, dan harus diapresiasi.
Terkadang kita hanya fokus pada kesalahan dan kekurangan anak. Padahal sisi positif dari anak tersebut sangat banyak. Tapi sisi ini sering terabaikan karena sudah dianggap biasa. Ada banyak kegiatan positif yang dilakukan anak, tapi begitu dia melakukan kesalahan sekali, langsung dihukum atau mendapat sanksi.
Bahkan di rumah pun saya minta orang tua untuk mengapreasi anak-anak. Ketika anak sudah bisa bangun lebih pagi dari biasanya, kasihlah apreasiasi, meski hanya sekedar ucapan 'bagus nak, besok lebih pagi lagi ya...'
Berikut dokumentasi kegiatan tersebut:
Posting Komentar untuk "Memaknai ‘Ceria Berprestasi’ Bersama POT"