Catatan Seleksi Masuk MAN PK Yogyakarta Untuk Madrasah Negeri
Pekan kemarin tepatnya hari Rabu, 15 Februari 2023, saya mengantar salah satu siswi dari MTsN 2 Bantul untuk mengikuti wawancara dalam rangka seleksi masuk MAN PK di MAN 1 Yogyakarta. Seleksi ini merupakan program nasional dari Kementerian Agama di bawah Dirjend Pendis bersama-sama dengan seleksi MAN Insan Cendekia (IC) dan MAN Kejuruan. Sehingga semua proses hingga keputusan bersifat nasional.
Undangan untuk tes wawancara adalah pukul 08.00-13.00 WIB. Sesuai undangan yang akan dimulai pukulKetika sampai di MAN I Yogyakarta, proses seleksi sudah dimulai meski baru pembukaan dan petunjuk teknis. Namun saya melihat baru ada sekitar 4 peserta yang hadir. Sehingga dari pada mengulang-ulang lagi, lalu diputuskan untuk menunggu sebentar hingga semua calon siswa bisa hadir.
Saat menunggu itulah saya bertanya, ada berapa yang ikut wawancara hari ini? ternyata hanya ada 8 calon siswa yang lolos seleksi verifikasi berkas. Tidak ada peserta maupun pengantar yang saya kenal. Dari mana saja mereka ini? Yang jelas dari Bantul hanya madrasah saya yang ada. Mereka ini adalah calon siswa yang lolos jalur Prestasi/Tahfidz.
Setelah ngobrol dengan beberapa pengantar, ternyata ada diantara mereka yang dari Padang, Lampung dan Salatiga. Yang dari DIY hanya ketemu Gunungkidul dan Kulon Progo. Rata-rata mereka dari madrasah swasta boarding maupun pesantren. Hanya ada 2 yang saya tahu dari madrasah negeri, yaitu siswa saya (MTsN 2 Bantul) dan dari Kulon Progo.
Tibalah saat wawancara. Meski saya dan para pengantar diminta menjauhi area wawancara, tapi karena tempatnya di perpustakaan yang tidak terlalu besar, kami masih bisa mendengar apa materi wawancaranya. Dan inilah yang menjadi catatan penting saya.
Materi wawancara seperti yang diujikan seperti kemarin memang sesuai dengan jurusan yang diambil, yang MAN Program Keagamaan. Untuk madrasah-madrasah swasta yang berafiliasi dengan pesantren maupun boarding, nampaknya akan lebih siap menghadapi tes wawancara ini. Tapi untuk madrasah negeri, nampak sekali ada kesenjangan yang sangat lebar di sana. Terutama pada materi-materi yang berkaitan dengan bahasa Arab. Perkenalan dan berbicara dengan bahasa Arab, membaca kitab gundul (tanpa harokat) adalah diantaranya. Bagi siswa MTs Negeri tentu akan mengalami sedikit kesulitan.
Inilah barangkali yang harus diantisipasi oleh madrasah negeri. Bagaimana menyiapkan siswa agar lebih mampu bersaing di luar sana dalam bidang ini. Ketrampilan dasar berbicara dalam bahasa asing (Arab/Inggris) harus dibiasakan oleh guru-guru. Madrasah bisa membuat sistem bagaimana agar kompetensi itu bisa diraih.
Untuk membaca kitab gundul memang butuh disiplin ilmu yang banyak. Tapi jika siswa paling tidak pernah dikenalkan tentang membaca kitab seperti itu, harapannya mereka tidak terlalu kaget.
Sebagai bahan renungan...
Jadinya anaknya diterima atau tidak pak?
BalasHapusBelum beruntung, akhirnya masuk ke MAN 2 Yogyakarta
Hapus