Merevitalisasi Peran Paguyuban Orang Tua Murid (POT)
Hari Sabtu, 26 November 2022 kemarin kami mengundang seluruh orang tua/wali murid untuk hadir di madrasah. Jika semua hadir, maka jumlahnya sekitar 480 orang. Pertemuan ini sejatinya adalah pertemuan lapanan pada setiap Sabtu Legi. Namun karena Pandemi Covid-19, hampir selama 2 tahun pertemuan POT ini ditiadakan.
Hampir 500 orang harusnya bisa hadir di madrasah. Namun dari daftar hadir masing-masing kelas terlihat beberapa wali murid tidak datang. Sehingga total kehadiran hanya sekitar 80%. Yang lain, karena berbagai alasan, tidak dapat hadir.
Pada saat saya memberikan sambutan dan mengisi materi, saya bertanya kepada hadirin.
"Bapak ibu, ketika panjenengan semua dapat undangan untuk hadir di madrasah, apa yang terlintas di pikiran anda?"
Kompak bapak ibu wali murid menjawab: "kon mbayar (Disuruh bayar)..." sambil tertawa. Saya pun tertawa, tapi lalu saya teruskan pertanyaan saya.
"Lalu, jika sudah berpikir disuruh bayar, apakah sekarang sudah bawa uang?"
Kompak lagi dijawab, "Beluuuum...". Dan ruangan penuh dengan gelak tawa.
Saya memang ingin mencairkan suasana, karena para pembicara sebelumnya pada serius. Dan setelah agak cair, saya sampaikan maksud undangan yang sebenarnya. Bahwa, undangan hari ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembayaran. Dan saya pada setiap pertemuan dengan wali murid, juga tidak pernah membicarakan tentang keuangan. Sebab itu sudah kita serahkan kepada pengurus komite madrasah.
Pertemuan kali ini adalah pertemuan paguyuban orangtua murid (POT). Paguyuban ini dibentuk untuk menjadi partner bagi madrasah dalam mendorong kemajuan belajar siswa. Karena pendidikan anak bukan saja tanggungjawab guru, tapi juga orang tua. Sehingga dengan POT ini diharapkan partisipasi orang tua dalam kemajuan hasil belajar siswa. Partisipasi ini bisa berupa sumbang saran, tenaga maupun dana. Namun yang terpenting adalah menumbuhkan kesadaran orangtua wali murid bahwa peran mereka dalam keberhasilan belajar siswa, itu sangat besar.
Mengapa pertemuan ini penting?
Sebab kesadaran bahwa dukungan keluarga bagi kesuksesan belajar siswa itu harus selalu dibangun. Banyak orangtua yang hanya asal sudah menyerahkan anaknya ke sekolah, lalu sudah. Tidak mau tahu dengan progres belajar siswa, bahkan sekedar bertanya tentang kegiatan hari ini apa terhadap anaknya.
Beberapa kali saya ikut mendampingi dalam proses bimbingan anak-anak yang bermasalah di madrasah. Bermasalah di sini konteksnya adalah melanggar tata tertib. Tidak masuk sekolah berhari-hari, merokok, terlibat bullying, dan lain-lain yang bahkan lebih berat dari itu. Ternyata mayoritas dari mereka, permasalahannya dimulai dari keluarga. Apa saja?
a. Keluarga tidak lengkap (orangtua (ayah atau ibunya) sudah tidak ada, sedangkan ortu harus bekerja yang kadang sampai sore, sehingga anak tumbuh tanpa pengawasan
b. Orang tua sedang berkonflik, tidak akur. Sehingga anak sering menjadi pelampiasan dari permasalahan yang dihadapi oleh orangtua mereka.
c. Ditelantarkan oleh orangtua dan hanya dititipkan kepada saudara atau kakeknya
d. Anak dianggap sebagai beban karena kondisi ekonomi, yang membuat anak sering dijadikan pelampiasan kemarahan orangtua.
Dan beberapa permasalahan lain yang sangat kompleks terjadi di beberapa keluarga.
Beban anak dalam belajar itu sudah berat. Jika rumah tidak bisa menjadi tempat yang nyaman bagi anak, maka anak akan mencari tempat lain. Dan itu berpotensi akan mengganggu belajar anak.
Salah satu contoh curhatan siswa yang masuk ke WA saya:
Ini hanya salah satu, masih banyak anak yang mempunyai permasalahan hampir sama. Tidak ada kenyamanan dalam keluarga.
Itu beberapa hal yang saya sampaikan pada pertemuan POT kemarin.
Dan berikut ini beberapa dokumentasi kegiatan kemarin.
Posting Komentar untuk "Merevitalisasi Peran Paguyuban Orang Tua Murid (POT)"