Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar. Siapa Takut?
Suatu hari, pada sebuah pertemuan Pokja, saya mengobrol dengan teman guru dari sekolah lain tentang rencana penerapan kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2022/2023. Dari obrolan singkat yang terjadi, saya mendapat kesan kalau guru yang bersangkutan belum begitu paham tentang kurikulum merdeka. Bahkan di sekolah pun jarang ada pembahasan tentang kurikulum merdeka ini. Dan ternyata, ketika saya bertemu dan bicara dengan teman guru lain, kondisi ini juga terjadi di sekolahnya.
Padahal tahun 2024, Kurikulum Merdeka rencananya
akan diberlakukan secara keseluruhan di semua sekolah/madrasah di Indonesia.
Waktu yang cukup singkat sebenarnya jika melihat kondisi saat ini (tahun 2022),
di mana masih banyak sekolah yang belum memahami dengan utuh apa itu kurikulum
merdeka. Sekolah di sini meliputi seluruh komponen yang ada di dalamnya. Kepala,
guru, tenaga kependidikan, maupun stake holder yang lain.
Guru, sebagai tenaga profesional yang nanti
akan menjadi ujung tombak pelaksana kurikulum merdeka ini, harus betul-betul
memahami dulu konsep tentang kurikulum merdeka ini. Sebab munculnya gagasan
kurikulum merdeka ini dilatarbelakangi oleh adanya learning crisis yang
cukup lama di Indonesia. Sehingga tujuan untuk memperbaiki kondisi pendidikan
di Indonesia dengan menghadirkan kurikulum merdeka ini bisa gagal jika para
guru tidak paham dengan konsepnya.
Lalu apa yang harus dilakukan guru untuk
menyongsong pemberlakuan kurikulum merdeka ini?
Paling tidak ada 3 hal yang bisa dilakukan oleh guru:
- Cari informasi sebanyak-banyak tentang kurikulum merdeka ini. Pahami dulu konsepnya. Tidak perlu menunggu sosialisasi dari pemerintah maupun dari dinas terkait. Pada era digital seperti ini sangat mudah bagi kita untuk menemukan informasi apapun yang kita inginkan. Tinggal kita mau memanfaatkan kesempatan ini atau tidak. Ada banyak situs yang menyediakan informasi tentang hal ini. Bahkan Kemendikbud sendiri sudah menyediakan portal Merdeka Mengajar yang bisa dijelajahi oleh para guru untuk menambah wawasan tentang kurikulum merdeka.
Guru harus banyak membaca. Bahkan harus dipaksa untuk mau membaca, entah dipaksa oleh dirinya sendiri atau oleh sistem di mana dia berada. Dengan membaca berarti guru belajar lagi. Dan ini harus dilakukan, guru harus terus menerus belajar. Jangan sampai guru berhenti membaca dan belajar. Apa yang diharapkan dari seorang guru yang sudah tidak mau belajar lagi?
- Guru harus melek teknologi. Bukan rahasia lagi jika saat ini kita masih menyisakan generasi di atas 70’ an di kalangan guru, yang banyak di antara mereka gagap teknolonogi. Meski yang dipegang adalah smart phone, namun hanya sebatas digunakan untuk membaca WA atau melihat Youtube. Padahal ada banyak fasilitas yang bisa dimanfaatkan dalam smart phone yang digenggam. Beli laptop mampu, tapi mengoperasikannya tidak bisa. Dan biasanya guru-guru seusia mereka sudah malas untuk belajar lagi.
FYI, Pada 28 April 2021, pemerintah secara resmi menggabungkan Kemendikbud dengan Kemenristek sehingga menjadi Kemendikbudristek. Penggabungan ini tentu ada alasanya, yaitu agar riset dan teknologi dapat dikembangkan dengan lebih terstruktur. Ada teknologi yang harus diberi ruang dalam pendidikan, sehingga seorang pendidik harus melek teknologi juga.
- Pelajari lagi model-model pembelajaran, terutama model Project Base Learning (PjBL). Sebab pada kurikulum merdeka nanti pembelajaran berbasis proyek akan diberi alokasi waktu tersendiri. Sehingga guru harus memahami apa dan bagaimana PjBL itu.
Apakah hanya 3 hal itu yang harus disiapkan
oleh seorang guru?
Tidak. Banyak, bahkan banyak sekali. Karena
konsep dari kurikulum merdeka ini adalah memberikan ruang dan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi guru dan siswa untuk ber-inovasi dan mengembangkan kreatifitas
secara merdeka, maka peran guru dalam pembelajaran nanti akan lebih banyak
sebagai fasilitator bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Dan
sebagai fasilitator, guru harus betul-betul mumpuni dan membekali diri dengan
berbagai ilmu yang dibutuhkan.
Berat sekali ya tugas guru? Iya, sangat
berat. Karena yang dihadapi bukanlah sekelompok makhluk yang pasif, tapi
makhluk yang bernama manusia, yang memiliki banyak keragaman minat dan bakat serta
memiliki hati dan pikiran.
Tapi tidak perlu khawatir dan takut untuk
menghadapi implementasi kurikulum merdeka ini. Asal mau belajar dan berusaha,
pasti bisa.
Sebagai penutup, mari kita renungkan kalimat
motivasi yang sering disampaikan di bawah ini;
"Tidak
ada siswa yang bodoh, hanya belum menemukan guru yang cocok dengannya".
“Dan
tidak ada siswa yang ingin tidur di kelas, hanya saja guru yang belum bisa
membuat mata siswa menahan kantuk”
“Dan
tidak ada siswa yang males belajar, hanya saja guru yang belum mampu membangun
semangat siswa untuk belajar.”
Merdeka !
Posting Komentar untuk "Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar. Siapa Takut?"